Sejarah Sengit Trio Belanda AC Milan vs Trio Jerman Inter, Siapa Lebih Hebat?
INDOSPORT.COM - Duo klub papan atas Liga Italia (Serie A), Inter dan AC Milan, sama-sama memiliki trio hebat termasuk Marco van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard dari kubu Rossoneri.
Tiga nama legendaris di atas, merupakan trio Belanda milik AC Milan yang berjaya pada era akhir 1980-an hingga awal 1990-an.
AC Milan yang sebelumnya menaungi dua pemain asing asal Inggris, Ray Wilkins dan Mark Hateley, memilih melakukan perombakan dengan mendatangkan rekrutan baru.
Mereka pun disingkirkan dan diganti oleh Marco van Basten dan Ruud Gullit, dua pemain brilian yang ternyata membuat sang rival sekota kebakaran jenggot.
Kesuksesan AC Milan yang meraih gelar Serie A Liga Italia bersama Arrigo Sacchi dan duo Van Basten-Ruud Gullit, membuat gelora persaingan antara kedua tim makin membara.
Pada 1988, Inter pun mendatangkan dua nama besar dari Jerman yakni Lothar Matthaus dan Andreas Brehme.
Tentu saja, kedua pemain ini tidak direkrut tanpa alasan, apalagi cuma sebatas ingin menyaingi sang rival, AC Milan.
Lothar Matthaus adalah finalis Piala Dunia 1986, sedangkan Andreas Brehme dikenal sebagai ahlinya set-piece dan seorang full-back dengan naluri menyerang.
Keputusan Inter mendatangkan Matthaus dan Brehme pun berbuah manis, dengan trofi Serie A Liga Italia 1988/1989 yang diraih bersama sang pelatih, Giovanni Trapattoni.
Hanya saja, Inter belum mampu menyaingi AC Milan untuk ajang kontinental. Mereka bahkan harus tersisih di 16 besar Piala UEFA (sekarang Liga Europa).
1. Trio Belanda vs Trio Jerman
Meski begitu, persaingan antara Inter dan AC Milan tidak pernah padam. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an sepak bola Italia pun disuguhi perang trio Belanda vs Jerman yang sangat menarik.
Pada waktu itu, AC Milan sudah diperkuat oleh Frank Rijkaard yang bergabung dengan duo Marco van Basten dan Ruud Gullit.
Inter pun merespons kehadiran trio ganas tersebut dengan mendatangkan Jurgen Klinsmann dari klub Liga Jerman, VfB Stuttgart.
Sayangnya, kiprah trio Inter di kancah Liga Italia ternyata kurang nendang. Alih-alih mempertahankan scudetto, mereka malah finis di peringkat 3 klasemen pada musim berikutnya.
Beruntung, trio Jerman milik Inter masih punya muka untuk diselamatkan. Mereka berhasil membawa Nerazzurri memenangkan Piala UEFA pada 1990/1991.
Prestasi Trio Jerman Belum Sebanding
Trio Jerman milik Inter hanya bertahan hingga 1991/1992 dan pencapaiannya tidak seberapa apabila dibandingkan trio Belanda milik AC Milan.
Keberadaan Jurgen Klinsmann di lini depan Inter tidak mampu dimanfaatkan dengan maksimal, meski ia sendiri adalah striker cerdas dan pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik Jerman.
Musim terakhir trio Jerman Inter pun diisi dengan drama kepindahan Giovanni Trapattoni yang pergi melatih Timnas Italia.
Inter pun hanya finis di peringkat 8 klasemen Serie A Liga Italia 1991/1992, serta tersingkir cepat di kompetisi-kompetisi piala yang mereka ikuti.
Era keemasan Matthaus-Brehme-Klinsmann resmi berakhir pada 1992. Namun selama periode itu pula, trio ini sempat membawa Jerman Barat menjuara Piala Dunia 1990.
2. Persaingan Sengit yang Jadi Daya Tarik
Sementara itu, di sisi lain trio Belanda AC Milan, Van Basten-Gullit-Rijkaard, tampil cemerlang selama periode keemasan mereka.
AC Milan mengangkat dua trofi Serie A Liga Italia, dua Piala Super Eropa, dan European Cup (sekarang Liga Champions).
Raihan tersebut tentu saja belum termasuk penghargaan-penghargaan individu termasuk Marco van Basten yang meraih gelar capocannoniere pada 1989/1990 dan 1991/1992.
Selain itu, trio Belanda AC Milan Van Basten-Gullit-Rijkaard juga pernah menguasai tiga daftar teratas calon peraih Ballon d’Or 1988.
Nama ketiganya lengkap dengan embel-embel AC Milan pun menghiasi daftar kandidat edisi 1988, yang kemudian dimenangkan oleh Marco van Basten.
Legenda sepak bola kelahiran Utrecht ini pun kembali meraih Ballon d’Or 1989 usai mengangkangi Franco Baresi dan Frank Rijkaard - semuanya juga dari AC Milan.
Di sisi lain, ada satu dari anggota trio Jerman Inter yang juga berhasil meraih penghargaan bergengsi ini yakni Lothar Matthaus pada 1990.
Di edisi Ballon d’Or 1990 ini pula, Lothar Matthaus turut berada di daftar teratas bersama Andreas Brehme, yang berakir di posisi tiga.
Meski ada perbedaan nasib antara trio Belanda AC Milan dan trio Jerman Inter, enam pemain ini adalah legenda-legenda hebat yang sangat dihormati di klub masing-masing.
Keberadaan mereka pun akan selalu diingat sebagai daya tarik dan persaingan sepak bola Italia yang sangat luar biasa pada era 1980 dan 1990-an.