Dibebani Kutukan, Pantaskah Alejandro Garnacho Warisi Nomor 7 yang Manchester United Keramatkan?
INDOSPORT.COM - Di musim pertamanya bersama skuad Manchester United senior, tidak diragukan lagi jika Alejandro Garnacho sudah menunjukkan kalau ia memang talenta berbakat.
Padaa usia 18 tahun, winger internasional Argentina itu langsung bisa menyihir lapangan Liga Inggris (Premier League) dan fans Setan Merah berharap jika mereka menyaksikan kelahiran calon legenda baru.
Saat memasuki awal musim 2022/2023 tepatnya saat Manchester United melakoni pramusim, Garnacho sempat terancam batal melakoni breakthrough.
Pasalnya ia kedapatan terlambat untuk melakukan absen di hari pertama pasca liburan musim panas yang mana langsung meninggalkan kesan buruk di mata Erik ten Hag, pelatih anyar tim.
Beruntung Garnacho kemudian mau untuk memperbaiki diri dan merebut simpati Ten Hag lagi.
Hasilnya remaja kelahiran Madrid, Spanyol, tersebut masuk ke dalam sistem rotasi Manchester United dan total terlibat dalam 37 pertandingan berbuah enam gol dan enam assist.
Khusus di Liga Inggris, Alejandro Garnacho mencetak tiga gol dan dua assist dari 19 penampilan yang menempatkannya sebagai pemain U-20 tersubur kedua sepanjang musim lalu.
Ia hanya kalah dari striker belia Brighton & Hove Albion, Evan Ferguson, yang tidak kalah sensasionalnya di 2022/2023 dengan torehan enam gol plus dua assist.
Tidak heran jika hype untuk nama Garnacho begitu tinggi. Kini bahkan laporan dari Manchester Evening News mengklaim Manchester United siap memberikannya nomor punggung 7 untuk menggantikan 49 yang ia kenakan sebelumnya.
Ini tentunya kabar yang mengejutkan mengingat kostum bernomor 7 adalah relik sakral bagi The Red Devils dan kami merasa jika sang wonderkid belumlah pantas untuk mewarisinya.
1. Masih Ada Banyak Waktu Membuktikan Diri
Bukannya Alejandro Garnacho tidak boleh menjadi tuan baru dari nomor punggung 7, hanya saja sepertinya ia masih butuh pembuktian lebih banyak lagi sebelum dianggap benar-benar pantas.
Perlu diingatkan jika saat usianya baru 18 tahun. Usia yang begitu rapuh dalam banyak konteks terutama di sepakbola profesional.
Berapa banyak sudah kisah remaja yang menjadi sensasi dalam waktu singkat namun kemudian gagal untuk menunjukkan konsistensi sebelum akhirnya terlupakan.
Bahkan Manchester United sendiri paham betul usai sebelumnya sudah berulangkali gagal mengorbitkan talenta produksi akademi mereka sendiri.
Mereka sempat terbang tinggi, namun dengan cepat terjatuh dan namanya kini bak ditelan bumi.
Sebut saja Ravel Morrison atau Adnan Januzaj. Keduanya digadang-gadang akan menyamai kebesaran legacy Wayne Rooney dan Ryan Giggs hanya saja kita semua tahu bagaimana nasib mereka saat ini.
Garnacho memang luar biasa. Akan tetapi musim lalu ia hanya punya 11 penampilan sebagai starter. Artinya staf kepelatihan pun merasa jika sang bocah belum siap dengan tanggung jawab serta tekanan menjadi penampil reguler di Manchester United.
Silahkan saja membela Garnacho dengan dasar statistik musim debut Cristiano Ronaldo, pemakai terbaik jersey nomor 7 Manchester Merah sepanjang sejarah, di musim debutnya di Old Trafford yang berhias enam gol dan delapan assist dari 40 pertandingan.
Tapi kita juga harus sadar yang dibandingkan dengan Garnacho ini adalah Ronaldo. Salah satu, jika memang bukan, pesepakbola terbaik sepanjang masa.
Ada alasan kenapa fenomena seperti CR7 jarang sekali terlihat. Banyak yang mengidolakan dan meniru pemain yang kini merumput di Al Nassr tersebut namun bisa dibilang tidak ada yang bahkan pantas disejajarkan dengannya.
2. Kutukan Nomor 7 Itu Nyata Adanya
Cristiano Ronaldo memasang standar yang tinggi dalam apa yang harus dicapai sebagai pemain dengan nomor punggung 7. Ia mencetak 145 gol dan memenangkan sembilan trofi termasuk tiga Liga Inggris dan satu Liga Champions dengan angka tersebut melekat di kausnya.
Hal ini membuat para pemain yang mewarisi jerseynya selalu dihantui dengan perbandingan maha berat. Itulah yang dialami oleh Michael Owen, Antonio Valencia, Angel Di Maria, Memphis Depay, Alexis Sanchez, atau Edinson Cavani.
Cavani memang sempat dianggap bisa mengangkat kutukan tersebut kala ia datang di 2020/2021 namun dua musim tanpa trofi membuat gol-gol El Matador hanya membuatnya pantas dianggap sebagai cult hero saja.
Bahkan Ronaldo sendiri pun kesulitan saat kembali ke Manchester United pada 2021/2022 lalu. Periode keduanya di Teater Impian memang sempat menghadirkan harapan, sensasi manis nostalgia, dan banyak aura positif namun pada ujungnya justru berakhir pahit.
Ronaldo pergi di pertengahan 2022/2023 usai berselisih dengan Erik ten Hag dan melakukan wawancara kontroversial dengan tujuan menjelek-jelekkan klub dan staf kepelatihan.
Inilah kenapa Manchester United harus berhati-hati dalam keputusan mereka memberikan jersey nomor 7 pada Alejandro Garnacho.
Melindungi sang anak ajaib dari potensi kritik berlebihan sembari tetap memberinya kebebasan menari serta membuat perbedaan di lapangan adalah jalan terbaik.
Jika ia yang meminta, Ten Hag dan manajemen harusnya bisa menahan ego sang bocah tetap berada di batas wajar. Banyak pemain yang bisa menjadi bintang besar bahkan dengan nomor punggung pertamanya melekat seperti Trent Alexander-Arnold atau Phil Foden.
Manchester United juga harusnya sadar jika mereka sendiri akan mengikis kesakralan nomor 7 apabila terus memberikannya pada pemain yang tidak atau belum tepat.
Pada akhirnya kisah magis The Magnificent Seven yang sudah dibangun oleh para legenda seperti Denis Law, George Best, Eric Cantona, Bryan Robson, hingga David Bekcham bisa tercoreng. Manchester United, bersabarlah sebelum memberikan pusaka berharga pada Alejandro Garnacho.