Zion Suzuki vs Andre Onana untuk Manchester United, Serupa tapi Tak Sama
INDOSPORT.COM - Nama Zion Suzuki dan Andre Onana dalam beberapa waktu terakhir sering disebut-sebut seiring kepergian David de Gea dari Manchester United.
Seperti diketahui, David de Gea baru saja memastikan masa depannya setelah habis kontrak di klub Liga Inggris (Premier League) tersebut.
Ia pun memutuskan angkat kaki pada bursa transfer pemain kali ini, meninggalkan klub yang sudah ia bela selama kurang lebih 12 tahun.
Ditinggal David de Gea, Manchester United praktis hanya memiliki Tom Heaton dan Dean Henderson untuk mereka andalkan sebagai kiper utama.
Nama yang kedua, bahkan sudah beberapa kali dikaitkan dengan pintu keluar klub usai tersisihkan dari skuad selama bertahun-tahun.
Ia sering dilepas keluar sebagai pemain pinjaman, yang terakhir di Nottingham Forest untuk musim 2022/2023 lalu.
Meyusul kepergian David de Gea, Manchester United pun dihadapkan pada PR besar untuk mencari penjaga gawang baru.
Zion Suzuki dan Andre Onana adalah dua nama teratas yang beredar belum lama ini, meski salah satunya bakal menjadi kiper pelapis. Mereka ini, ternyata serupa tapi tak sama.
Zion Suzuki, merupakan kiper klub J1 League, Urawa Reds. Menariknya, ia adalah ‘kembaran’ Andre Onana karena julukan yang disematkan publik kepadanya.
Seperti banyaknya pemain berjuluk Lionel Messi negara A, B, C, D, Zion Suzuki mendapat julukan The Japanese Andre Onana.
1. Zion Suzuki vs Andre Onana
Zion Suzuki sendiri memang tercatat sebagai penjaga gawang Timnas Jepang, tapi ia tidak memiliki tampilan fisik maupun perawakan khas orang-orang Negeri Matahari Terbit itu.
Lahir di Arkansas, AS, ia merupakan putra dari seorang ayah Ghana dan ibu Jepang. Garis keturunan inilah yang membuka pintu Zion Suzuki untuk membela skuad Samurai Biru.
Meski ‘kembar’ dengan Andre Onana, tentu saja Zion Suzuki adalah sosok yang berbeda dari sang penjaga gawang Inter Milan.
Sejauh ini, ia belum pernah merantau dan keluar dari Jepang, serta menghabiskan seluruh kariernya sejak usia muda di Urawa Reds.
Di sisi lain, Andre Onana adalah kiper yang lebih berpengalaman di sepak bola Eropa. Sebelum Inter Milan, ia sudah pernah bermain di sejumlah klub top Benua Biru.
Ia pemain jebolan akademi Ajax dan pernah bermain di Barcelona, serta seorang lulusan Samuel Eto’o Academy.
Akan tetapi, Zion Suzuki punya keunggulan berupa keterampilannya memainkan dan menyuplai bola dari belakang.
Bahkan, belum lama ini video kompilasi operan dan penyelamatannya sempat menjadi pembicaraan di dunia maya.
Ia adalah pilihan tepat jika Erik ten Hag ingin mendatangkan kiper yang tidak hanya terbiasa dengan bola di tangan, tetapi juga kakinya.
Baik Zion Suzuki maupun Andre Onana sama-sama kiper modern yang bisa jadi aset berharga bagi Erik ten Hag dan Manchester United. Memiliki keduanya adalah sebuah berkah.
2. Perkembangan Perburuan Kiper Anyar Manchester United
Berdasarkan laporan Daily Mail, Manchester United kabarnya sudah melempar tawaran sebesar 5 juta poundsterling kepada Urawa Reds untuk Zion Suzuki.
Jika berhasil, ia akan menjadi pemain termahal yang pernah dilepas J.League sepanjang sejarah liga ini berdiri.
Sementara itu, Andre Onana yang menjadi target utama untuk posisi kiper nomor satu Manchester United, konon bisa didatangkan di angka 47 juta poundsterling.
Kesepakatan secara pribadi pun sudah dikantongi Manchester United, dan kini mereka masih menanti kemunculan lampu hijau dari pembicaraan bersama Inter Milan.
Sejauh ini, Zion Suzuki masih jadi kiper pelapis di Urawa Reds dan hanya tampil di lima pertandingan J.League Cup sepanjang 2022/2023.
Untuk kompetisi J1.League reguler sendiri, Urawa Reds masih mengandalkan penjaga gawang nomor satu mereka, Shusaku Nishikawa.
Situasi tersebut bisa dibilang berbanding terbalik dengan Andre Onana di Inter Milan, yang musim lalu banyak diandalkan Simone Inzaghi di laga-laga reguler maupun penting Nerazzurri.
Ia mencatatkan 24 penampilan di Serie A Liga Italia dan menjadi tumpuan lini pertahanan Inter Milan di Liga Champions.
Andre Onana diturunkan di seluruh pertandingan Inter Milan mulai fase grup hingga final, dan selalu tampil penuh selama 90 menit.
Sayangnya, ia tidak mampu menjaga gawang Inter Milan tetap perawan di final usai kebobolan satu gol oleh pemain Manchester City, Rodri.