Ian Maatsen: Pemain ‘Jawa’ Milik Chelsea yang Bisa Buat Pochettino Jatuh Hati
INDOSPORT.COM – Mauricio Pochettino tengah semringah dengan hadirnya banyak pemain muda berbakat di klub Liga Inggris (Premier League), Chelsea, salah satunya adalah Ian Maatsen.
Pemain yang dirumorkan punya darah keturunan Jawa ini menjadi salah satu pemain muda yang menonjol selama latihan di sesi pramusim bersama Chelsea.
Apalagi, pemain berusia 21 tahun itu kembali ke tim berjuluk The Blues itu dengan kesuksesan besar, yakni membawa Burnley promosi ke kasta teratas.
Kualitas yang dimiliki pemain kelahiran Belanda pada 10 Maret 2002 ini membuatnya berhasil masuk ke Starting XI terbaik Divisi Championship 2022/23 lalu.
Kini, pemain berdarah Jawa yang berasal dari keturunan Suriname itu siap menggebrak tim utama klub asal London Barat tersebut di bawah kepelatihan Mauricio Pochettino.
Berposisi sebagai bek kiri, Ian Maatsen memiliki tujuan masuk Starting Line Up Chelsea dengan menggusur dua nama yakni Ben Chilwell dan Marc Cucurella.
Apakah Ian Maatsen mampu memenuhi ambisinya itu dan menggusur Chilwell serta Cucurella di pos bek kiri pada strategi yang diterapkan Pochettino?
Secara kualitas, Maatsen punya catatan apik untuk seorang Fullback, di mana ia punya catatan 0,11 Non-Penalty Goals (NPG) per 90 menit dan rataan 0,16 assist per 90 menit sepanjang musim lalu.
Lalu sebagai Fullback, Maatsen juga punya kemampuan dribel serta akurasi operan yang baik dengan rataan 3,51 dribel per 90 menit dan akurasi operan 80,6 persen dair 74,43 percobaan per 90 menit.
Akurasi operannya ini berbanding lurus dengan kemampuannya melepaskan umpan silang, dengan akurasi 53 persen dari 8,64 percobaan atau rata-rata 4,58 umpan silang sukses.
Catatan itu lebih baik dari Ben Chilwell atau Marc Cucurella. Tapi, apakah catatan itu bisa membuat Ian Maatsen menggusur keduanya dan masuk Starting Line Up Mauricio Pochettino di Chelsea?
1. Kelemahan Ian Maatsen
Ian Maatsen boleh jadi unggul secara kualitas menyerang ketimbang Ben Chilwell dan Marc Cucurella sebagai bek kiri.
Tapi, Maatsen memiliki kelemahan mendasar sebagai seorang Fullback yakni dalam bertahan bila dibandingkan kedua seniornya di Chelsea tersebut. Berikut perbandingannya.
Ian Maatsen:
Tekel: 2,11 tekel per 90 menit
Intersep: 1,45 intersep per 90 menit
Blok: 1,01 blok per 90 menit
Sapuran: 1,62 sapuan per 90 menit
Duel Udara: 0,58 kali per 90 menit
Ben Chilwell:
Tekel: 1,51 tekel per 90 menit
Intersep: 1,01 intersep per 90 menit
Blok: 1,33 blok per 90 menit
Sapuran: 1,42 sapuan per 90 menit
Duel udara: 1,28 kali per 90 menit
Marc Cucurella:
Tekel: 3,37 tekel per 90 menit
Intersep: 1,04 intersep per 90 menit
Blok: 1,6 blok per 90 menit
Sapuran: 2,37 sapuan per 90 menit
Duel udara: 0,99 kali per 90 menit
Melihat catatan di atas, terlihat dari kontribusinya dalam bertahan, Maatsen sedikit unggul atas Chilwell tapi kalah jauh dari Cucurella.
Sehingga kekurangan ini bisa saja menghambat ambisinya menembus Starting Line Up Chelsea. Apalagi dengan kebutuhan Pochettino akan Fullback yang dapat bertahan.
Terlebih lagi, tugas Fullback di Chelsea dalam menyerang akan diserahkan ke Reece James, yang bisa di-Inverted menjadi gelandang tengah oleh Pochettino.
Dengan tugas Reece James yang menyerang dan menjadi Inverted Fullback, maka pos bek kiri kemungkinan besar akan diberikan Pochettino ke pemain yang andal dalam bertahan, yakni Cucurella.
Dengan kata lain, Maatsen akan kesulitan menembus tim utama Chelsea dan bermain reguler. Terlebih lagi di hadapannya masih ada Chilwell yang merupakan pemain senior.
Meski begitu, Maatsen punya kesempatan untuk membuktikan kapasitasnya di tur pramusim Chelsea yang akan digelar di Amerika Serikat pada 19 Juli 2023 mendatang.
Siapa tahu, kehebatannya menjadi Fullback dalam menyerang bisa membuat Pochettino jatuh hati dan mengubah skemanya agar dirinya bisa mendapat tempat reguler di tim utama.
Jika pramusim ini tak berhasil untuknya, Ian Maatsen pun bisa menimbang opsi angkat kaki dan bergabung Burnley. Apalagi kontraknya di Chelsea akan habis pada 30 Juni 2024.