Alasan Kuat Klub-klub Top Eropa Pilih Amerika Serikat untuk Jalani Pramusim
INDOSPORT.COM - Sejak 2013 banyak klub-klub sepak bola top Eropa yang mulai enggan menjalani persiapan pramusim berkunjung jauh ke suatu negara di benua lain, dan memilih fokus bermain di Amerika Serikat. Apa alasannya?
Kompetisi sepak bola di negara-negara Eropa saat ini tengah memasuki masa libur, setelah merampungkan kalender musim lalu.
Kesempatan itu dimanfaatkan oleh seluruh klub untuk melakukan evaluasi dan persiapan menyongsong musim baru.
Amerika Serikat masih menjadi destinasi yang menarik bagi klub-klub Eropa dengan nama besar untuk menjalani persiapan pramusim.
Di Negeri Paman Sam, para klub top Eropa tidak hanya melakoni pertandingan uji coba dengan tim lokal tetapi diwadahi oleh sebuah turnamen bernama International Champions Cup (ICC).
Pada edisi 2023 ini yang dimulai pada 22 Juli hingga 02 Agustus 2023, diikuti oleh enam klub top Eropa yakni Juventus, Barcelona, Real Madrid, AC Milan, Manchester United, Chelsea, dan Arsenal.
Keikutsertaan klub-klub top Eropa di turnamen pramusim tersebut, mulai mengubah kebiasaan dari yang harusnya mengunjungi suatu negara di belahan benua lain, menjadi terpusat.
Dari yang biasanya disebut Tur Pramusim kini menjadi hanya Pramusim, lantaran tak ada yang bebepergian jauh. Manchester United misalnya, mereka kerap melakukan tur ke berbagai belahan dunia.
Pada tahun 2006 bahkan mereka sempat melakoni pramusim ke benua Afrika Selatan. Kala itu mereka melakoni uji coba dengan tim lokal Kaizer Chiefs. Kala itu mereka kalah 3-4.
Tiga tahun berselang, Asia menjadi target Manchester United. Indonesia masuk dalam daftar yang mereka kunjungi, sayang saat itu terjadi teror bom sehingga batal.
Hingga saat ini, belum ada lagi kesempatan Setan Merah datang ke Tanah Air. Kebanyakan mereka memilih untuk bermain pramusim di Amerika Serikat mengikuti turnamen Internasional Champions Cup.
1. Awal Mula Pramusim
Lalu bagaimana awal mula berdirinya turnamen pramusim tersebut ? Semua berawal pada tahun 2009.
Ketika penyelenggara Liga sepakbola Amerika Serikat atau Major League Soccer, memutuskan untuk meningkatkan profil sepak bola di negaranya dengan mengundang tim-tim luar negeri untuk berlaga dalam turnamen bertajuk World Football Challenge.
Ketika itu, empat klub yang turut serta adalah Chelsea, Club America (Meksiko), AC Milan dan Inter Milan, di mana Chelsea keluar sebagai pemenang.
World Football Challenge itu sendiri hanya berjalan tiga kali. Setelah tahun 2009, penyelenggaraan dilanjutkan pada 2011 dan 2012 karena pada tahun 2010 ada Piala Dunia.
World Football Challenge akhirnya digantikan oleh International Champions Cup. ICC didirikan pada tahun 2012 oleh Relevent Sports.
Sebuah bagian dari usaha RSE yang dimiliki oleh miliarder real estate dan pemilik klub American Football Miami Dolphins Stephen Ross, dan Matt Higgins, mantan direktur New York Jets.
Dan pada tahun 2013 menjadi awal dari turnamen tersebut,tepatnya dilangsungkan pada 27 Juli hingga 7 Agustus. Yang mana saat itu pertandingan dihelat di Spanyol dan Amerika Serikat.
Edisi pertama International Champions Cup digelar dengan mengajak beberapa klub terbaik Eropa, di antaranya Real Madrid, Juventus, Chelsea, Inter Milan, AC Milan, Valencia, dan Everton.
Tak ingin kehilangan daya tarik penggemar klub Amerika Serikat, pihak penyelenggara pun mengundang satu kesebelasan asal Amerika Serikat, LA Galaxy.
Sejak saat itu turnamen terus berlangsung di setiap tahunnya sekaligus menjadi ajang persiapan pramusim bagi klub-klub top Eropa.
Alasan Ikut Berpartisipasi di Amerika Serikat
Akan tetapi dewasa ini tur-tur tersebut kian terbatas. Pasalnya banyak klub top Eropa lebih memilih bermain di Kejuaraan Piala Internasional (ICC) dibanding melakukan tur sendirian.
Dengan kepastian jadwal, lawan dan hadiah uang besar yang didapat, klub-klub tersebut bersemangat mengikuti ICC, walau judulnya tetap saja laga persahabatan.
Alasan kedua adalah kondisi perjalanan yang tidak begitu jauh. Dibandingkan dengan melakukan perjalanan ke Asia, Amerika Selatan atau Afrika.
Dengan mempersingkat waktu, pemain-pemain pun tidak merasakan kelelahan perjalanan yang signifikan, sehingga stamina dan kebugaran tetap terjaga, saat kembali ke Eropa untuk menjalani kompetisi musim baru.
Alasan terakhir adalah jangkauan pasar. Seperti diketahui, klub-klub sepak bola Eropa memiliki banyak penggemar di seluruh dunia. Salah satu kawasan yang paling besar adalah Asia.
Namun perlahan perkembangan pasar sepak bola di Amerika Serikat mulai meningkat. Melansir dari kumpulan data akun media sosial Twitter, @garistengah_id, survei dari Gallup menyebut kalau pada tahun 2004, hanya 2% populasi AS yang menyebutkan sepak bola sebagai olahraga favorit mereka.
Sedangkan 18 tahun kemudian, jumlah itu naik menjadi 8%. Sementara baseball pernah 'disukai' oleh 34% populasi AS, namun kini hanya tinggal 9%.
Masih dari survey Gallop, ada temuan menarik bahwa sejak 2012 sampai 2019, pertumbuhan sepak bola di AS menjadi yang tercepat yaitu sebesar 52%.
Angka itu mengalahkan hockey (47%), basket (27%), baseball (8%), dan American football (-7%). Presentase itu bukan hanya sekadar data.
Tetapi sudah dibuktikan dengan pernahnya sebuah rekor penonton terbanyak di salah satu pertandingan sepak bola International Champions Cup edisi 2014.
Kala itu dua tim ternama dipertemukan antara Manchester United vs Real Madrid. Pertemuan keduanya di Michigan Stadium memecahkan rekor jumlah penonton di Amerika Serikat.
Total 109.318 orang hadir di Michigan Stadium menyaksikan langsung laga MU melawan Madrid.
Pertumbuhan pesat itu tidak lepas dari upaya mereka membangun popularitas sepak bola dengan menggaet nama-nama ternama berkarier di MLS.
Seperti mantan pesepakbola David Beckham, Zlatan Ibrahimovic hingga terbaru adalah Lionel Messi memperkuat Inter Miami.