Siapa Sardar Azmoun? Bomber Iran yang Dikabarkan Sepakat Gabung AC Milan
INDOSPORT.COM – Raksasa Liga Italia (Serie A), AC Milan, dikabarkan telah mencapai kesepakatan dengan penyerang asal Iran, Sardar Azmoun.
Dilaporkan oleh media Jerman, Bild, AC Milan telah mencapai kesepakatan personal dengan Sardar Azmoun untuk bergabung di musim panas 2023 ini.
Kini, tim berjuluk Rossoneri itu tinggal merampungkan biaya transfernya dengan Bayer Leverkusen selaku pemilik pemain berusia 28 tahun itu.
AC Milan sendiri memang tengah dikaitkan memboyong penyerang baru seiring bakal dilepasnya Divock Origi dan dipinjamkannya Lorenzo Colombo.
Kepergian dua pemain itu membuat tim asal Kota Milano itu membutuhkan pemain nomor 9 baru untuk menjadi deputi dan penerus Olivier Giroud.
Karenanya, AC Milan banyak mengincar penyerang dan kini telah mencapai kesepakatan dengan Sardar Azmoun yang terbuka untuk bergabung.
Azmoun, sapaannya, adalah penyerang asal Iran yang dalam beberapa tahun terakhir kerap menjadi perbincangan, sejak dirinya berhasil mencuri perhatian pada usia 15 tahun.
Pemain kelahiran 1 Januari 1995 itu pertama kali menggebrak panggung Eropa saat usia 18 tahun, kala dirinya bergabung dengan raksasa Rusia, Rubin Kazan, pada Januari 2013.
Debutnya bagi Rubin Kazan baru hadir enam bulan kemudian, di mana ia mencetak 4 gol dan 3 assist dari 14 laga yang membuatnya mendapat penawaran dari Arsenal.
Namun Azmoun tetap bertahan di Rubin Kazan hingga 2014/15 dan kemudian bergabung FK Rostov dengan sumbangan 25 gol dari 77 laga dan berlanjut ke Zenit St Petersburg pada 2019.
Di Zenit, Azmoun kian menegaskan dirinya sebagai penyerang top dengan mencetak 62 gol dan 23 assist dari 106 penampilan saja, sehingga Bayer Leverkusen meminangnya pada Januari 2022.
Sayang di Bayer Levekusen Sardar Azmoun hanya mencetak 5 gol dari 44 laga. Lalu mengapa AC Milan meminatinya dengan catatan yang tak cukup cemerlang itu?
1. Kualitas Sardar Azmoun
Dengan catatan 5 gol dari 44 laga bersama Bayer Leverkusen, banyak yang menilai Sardar Azmoun tak pernah cocok bermain di lima liga top Eropa.
Catatan terbaiknya justru lebih banyak didapatkan di Rusia, yang kualitas liganya dianggap tak cukup baik ketimbang liga-liga Eropa lainnya.
Tapi faktanya, catatan yang tak cemerlang dari Azmoun di Leverkusen tak lepas dari sistem yang dimainkan oleh tim asal Jerman itu.
Ya, sistem Leverkusen menuntutnya tak hanya menjadi Goal Getter yang menjadi tugasnya, melainkan menjadi pemain yang harus rajn turun ke dalam.
Catatannya sepanjang membela Leverkusen pun menjadi buktinya, di mana Azmoun lebih banyak menciptakan peluang ketimbang mendapat peluang itu sendiri.
Tercatat, Azmoun membuat 3,05 Shot-Creating Actions (SCA) atau tindakan berbuah peluang per 90 menit. Nilai ini lebih besar dari tembakan yang ia buat yakni hanya 2,23 tembakan per 90 menit.
Azmoun juga dimainkan sebagai pemantul bagi penyerang utama Leverkusen, yakni Patrik Schick, dengan rataan 2,56 umpan progresif per 90 menit, dan minim sentuhan di kotak penalti dengan rataan 4,04 sentuhan saja.
Bahkan, Azmoun harus membantu pertahanan dari Final Third dengan rataan 0,99 tekel+intersep dan membuat 1,32 sapuan per 90 menit.
Catatan-catatan ini menunjukkan bahwa Leverkusen salah menggunakan Azmoun yang lebih bertipe Goal Getter ketimbang menjadi Second Striker.
AC Milan pun sadar akan kualitas Azmoun sebagai Second Striker itu, dan meyakini jika dirinya ditempatkan sebagai Goal Getter, maka torehan golnya akan meningkat.
Apalagi selama berada di Rusia, Azmoun memiliki rasio gol di atas 0,50 gol per 90 menit baik saat membela Rubin Kazan, FK Rostov, dan Zenit St Petersburg.
Jika Sardar Azmoun bergabung, akankah AC Milan bisa mengembalikan ketajamannya lagi dengan menjadikannya Goal Getter ketimbang Second Striker?