Bukan Pemain Spesial, 2 Alasan Kenapa Joao Felix Bukan Rekrutan Ideal untuk Barcelona
INDOSPORT.COM - Tepat di hari penutupan bursa transfer musim panas 2023, Barcelona meresmikan kedatangan Joao Felix.
Pemain depan asal Portugal itu didatangkan dari rival Liga Spanyol, Atletico Madrid, dengan status pinjaman sampai akhir musim 2023/2024.
Barcelona sama sekali tidak mengeluarkan uang untuk biaya peminjaman Felix karena Atletico merelakan bintang 23 tahun itu pergi tanpa loan fee.
Los Cules hanya diwajibkan untuk membayar gaji si pemain saja yang mana sudah dikurangi sedemikian rupa agar tidak memberatkan keuangan sulit mereka.
Felix yang mengaku sudah memimpikan membela Barcelona sejak lama tentu berharap bisa menemukan oase bagi kariernya yang seolah jalan di tempat.
Sebelum mendarat ke Camp Nou, ia dianggap tidak mengalami perkembangan di Atletico Madrid yang rela membelinya seharga 127 juta Euro pada bursa transfer musim panas 2019 silam akibat gagal menjadi starter reguler dan kontribusinya dipertanyakan.
Chelsea yang sempat meminjamnya di paruh kedua musim 2022/2023 lalu pun juga gagal untuk menjadi surga bagi Felix usai hanya ada empat gol dari 20 laga ia sumbangkan membuat dirinya batal dipermanenkan.
Di atas kertas, perekrutan Joao Felix oleh Barcelona adalah sebuah langkah jitu.
Salah satu alasan kenapa Felix dianggap sulit bersinar bersama Atletico Madrid adalah gaya bermain yang terlalu berfokus pada pertahanan dan serangan balik ala Diego Simeone.
Mengingat Barcelona bertumpu pada sepakbola yang cenderung diklaim lebih atraktif, mengalir, serta menyerang, maka harusnya jebolan akademi FC Porto dan Benfica itu bisa mengeluarkan 100% kemampuannya.
Apalagi tim asuhan Xavi Hernandez tersebut butuh sumber kreativitas baru di lini depan usai kepergian Ousmane Dembele dan Ansu Fati yang sebelumnya tidak terprediksi akan terjadi di bursa transfer kemarin.
Bersama Raphinha dan Robert Lewandowski, Felix bisa membentuk trio penyerang yang tidak cuma fluid namun juga penuh flair untuk mempermudah Barcelona membongkar pertahanan lawan.
Hanya saja dari segi statistik, Felix masih belum bisa menjadi upgrade serius bagi Fati maupun Dembele.
Boleh dibilang belum ada tanda-tanda yang membuatnya berhak dilabeli spesial di Camp Nou.
Terutama bila satu-satunya posisi untuk Felix yang disediakan Xavi hanya di lini depan dan bukan tengah dimana Frenkie de Jong, Gavi, Pedri, Ilkay Gundogan, serta Oriol Romeu lebih dominan di sana.
1. Kalah di Berbagai Aspek
Berkaca dari statistik musim 2022/2023 lalu dari FBref, kita bisa melihat jika Joao Felix di mata data belum bisa dianggap pemain yang layak dianggap pembeda untuk Barcelona.
Terutama apabila ia hendak bersaing dengan Robert Lewandowski untuk posisi penyerang maupun penyerang palsu (false 9). Itu alasan pertama kenapa Felix masih meragukan untuk sang juara bertahan Liga Spanyol.
Musim lalu terutama saat bersama Chelsea, Felix dominan ditempatkan sebagai ujung tombak tim berkebebasan untuk menusuk dari tengah, kiri, maupun kanan dengan harapan lebih banyak gol tercipta dengan kemampuan membaca ruang yang baik serta tekhniknya yang di atas rata-rata.
Hasilnya boleh dibilang sangat melenceng dari ekspektasi. Dari 20 penampilan lintas ajang, Felix memang bisa menjadi penggawa Chelsea dengan angka harapan gol (xG) tertinggi per 90 menit dengan 0,49 namun produktivitasnya sangat minim.
Cuma ada empat gol yang ia kemas bersama The Blues dari xG total 6,5. Artinya banyak peluang yang Felix sia-siakan.
Jauh berbeda dengan Lewandowski yang masih menunjukkan jika ia adalah penyelesai akhir kelas dunia di usianya yang sudah menginjak 34 tahun.
Lewandowski memiliki xG sejumlah 28,4 dengan 33 gol sukses ia sumbangkan plus delapan assist dari semua pertandingan 2022/2023.
Jika dibagi dalam satuan per 90 menit, eks bomber Borussia Dortmund dan Bayern Munchen itu masih memiliki harapan gol yang mengerikan di angka 0,74.
Lewandowski adalah penyerang ideal bagi Barcelona dan rasanya untuk melihat ia dapat bermain dalam skema yang sama dengan Felix adalah memaksa Barcelona meninggalkan pakem 4-3-3 menjadi 4-4-2 atau turunannya.
Namun perubahan tersebut akan mengurangi jatah jumlah gelandang yang bisa dimainkan sehingga rasanya sangat riskan bagi tim dengan filosofi kental akan ball possesion seperti Barcelona.
Lagipula soal kreativitas Felix pun masih kalah dengan banyak pemain Barcelona lain. Contohnya di bidang progressive carries (3,56) dan progressive pass (4,47) per 90 menit. Ini alasan nomor dua.
Tengok saja bagaimana elite-nya opsi Barcelona dalam hal pemain yang bisa mengalirkan bola dari data FBref berikut ini. Felix akan tetap jadi pemain spesial namun kespesialannya tidak bisa terlalu menonjol di Camp Nou.
Hanya saja sepak terjang Joao Felix di Barcelona pada 2023/2024 tetap saja jadi yang paling layak untuk diamati.
Bisa jadi transfer inilah yang akan mengubah jalan kariernya ke arah yang benar. Tidak lagi dirinya dianggap sebagai wonderkid yang gagal memenuhi potensi usai sempat diperkirakan bakal menyaingi Kylian Mbappe dan Erling Haaland untuk status pemain terbaik dunia.