x

Zahra Muzdalifah Bongkar Borok Sepak bola Wanita Indonesia kepada Media Jepang

Minggu, 3 September 2023 16:35 WIB
Penulis: Ade Gusti | Editor: Indra Citra Sena
Zahra Muzdalifah melontarkan fakta dan kritikan bahwa tidak ada kompetisi sepak bola wanita di Indonesia, yang membuatnya nekat hijrah ke Jepang. (Foto: Instagram@zahmuz12)

INDOSPORT.COM - Zahra Muzdalifah melontarkan fakta dan kritikan bahwa tidak ada kompetisi sepak bola wanita di Indonesia, yang membuatnya nekat hijrah melanjutkan karier ke Jepang.

Zahra Muzdalifah tengah memulai karier di Jepang dengan bergabung tim sepak bola wanita Cerezo Osaka Yanmar Ladies yang bersaing di kompetisi WE League 2023-2024.

Baca Juga

Mantan pemain Persija Putri tersebut menjadi pesepak bola Indonesia kedua setelah Pratama Arhan yang bermain di liga sepak bola Jepang untuk klub J League, Tokyo Verdy.

Namun, Zahra Muzdalifah tetap dianggap sebagai fenomena baru karena dia jadi wanita Indonesia pertama yang main di liga sepak bola putri Negeri Matahari Terbit itu.

Jelang debutnya untuk Cerezo Osaka Ladies di ajang WE League 2023/24, Zahra Muzdalifah mengungkapkan alasan tak terduga dirinya berkarier di Jepang.

Menurut pemain berusia 22 tahun tersebut, tidak adanya kompetisi sepak bola wanita di negaranya menjadi alasan utama dia nekat hijrah ke luar negeri.

Baca Juga

Awalnya Zahra Muzdalifah sempat mengikuti trial di klub asal Inggris, South Shield Women FC, namun kemudian dia menerima tawaran bergabung Cerezo Osaka Ladies.

“Tak ada Liga Sepak bola Wanita di negara saya. Bagaimana saya meningkatkan kemampuan saya tanpa Liga?" ucap Zahra via akun YouTube WE League.

“Tidak ada kompetisi. Hanya berlatih dengan pemain pria. Itulah sebabnya saya ingin pergi ke luar negeri. Saya bermain di Liga bawah Inggris selama 4 bulan sebelum datang ke Jepang.”

“Kemudian agen saya memberi kesempatan datang ke Jepang. Dia mengatakan Cerezo Osaka ingin bertemu dengan kalian. Oh ya tentu saja! Jepang luar biasa,” jelasnya.

Baca Juga

1. Zahra Muzdalifah Senang Ciptakan Sejarah untuk Indonesia

Zahra Muzdalifah pemain bola putri Cerezo Osaka. (Foto: Instagram@zahmuz12)

Mantan pemain tim sepak bola DKI Jakarta untuk PON Papua tersebut mengaku sangat senang bisa menjadi pesepak bola wanita Indonesia pertama yang main di Jepang.

Di luar rasa bangganya tersebut, Zahra Muzdalifah rupanya berharap langkah beraninya ini bisa disusul para pesepak bola wanita Indonesia lain.

Baca Juga

“Saya ingin membuat sejarah untuk diri saya sendiri dan negara saya. Saya juga suka memberi kesempatan kepada saya dan orang lain,” ungkap Zahra Muzdalifah.

“Alasan saya datang ke luar negeri seperti ini adalah untuk membuka pintu dan membuka peluang bagi banyak masyarakat Indonesia untuk bermain di luar negeri” tambahnya.

Untuk diketahui, di Indonesia, liga untuk pesepak bola wanita sudah empat tahun vakum. Liga 1 Putri 2019 merupakan edisi pertama dan terakhir.

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, di awal jabatannya itu sempat menyampaikan tekadnya untuk menghidupkan lagi liga sepak bola putri akan tetapi sampai sekarang belum terwujud.

Baca Juga

Padahal, Indonesia memiliki banyak pesepak bola wanita yang potensial mengharumkan nama bangsa. Hal ini juga pernah ditunjukkan saat timnas Indonesia Putri U-19 bermain di Piala AFF U-19 2023.

Salah satu pemain yang kini banyak diperbincangkan adalah striker Claudia Scheunemann yang baru berusia 14 tahun tetapi mampu membukukan lima gol di turnamen itu.

Terlepas dari hal tersebut, Zahra Muzdalifah bertekad ingin membawa Cerezo Osaka Ladies finis tiga besar di kompetisi WE League 2023-2024.

Saya akan mengambil langkah demi langkah dari sini. Saya tahu ini adalah pengalaman pertama saya sebagai seorang pro dan berasal dari negara yang tidak memiliki liga wanita tentu tidak mudah” ungkap Zahra.

“Saya ingin bermain di WE League sebanyak mungkin. Kedua, jika memungkinkan saya berharap tim ini akan berada di 3 besar liga pada akhirnya,” tandasnya. 

Baca Juga
JepangBola InternasionalZahra MuzdalifahLiga 1 PutriPerjuangan Bakat Muda Indonesia di Luar Negeri

Berita Terkini