Man United Diminta Belajar dari Liverpool Usai Lini Serang Tak Kunjung Produktif
INDOSPORT.COM - Klub Liga Inggris (Premier League), Manchester United, diminta belajar dari Liverpool setelah lini depan mereka tak kunjung gacor.
Klub raksasa Liga Inggris, Manchester United, masih berjuang untuk bisa lepas dari krisis. Pasalnya, dari delapan pertandingan yang telah dilakoni di Liga Inggris, Setan Merah baru bisa menang empat kali.
Salah satu biang kerok buruknya performa Man United musim ini ada di sektor penyerangan. Bruno Fernandes dkk. sejauh ini baru melesakkan sembilan gol di Liga Inggris.
Bahkan, Chelsea, yang juga sering disebut tengah berada di titik terendah, masih mampu memasukkan 11 gol pada musim ini. Hal ini menunjukkan bahwa ada masalah serius di lini depan Setan Merah.
Tak cukup sampai di situ, indikasi bapuknya juru gedor Man United juga tampak dari nama yang menjadi top skor. Sejauh ini, pemain gelandang, Casemiro, masih menjadi pencetak gol terbanyak Man United di semua kompetisi dengan 4 gol.
Sementara, penyerang anyar Man United, Rasmus Hojlund, menyusul di peringkat kedua dengan tiga gol. Pertanyaannya, bagaimana mungkin top skor klub malah diduduki oleh pemain gelandang, dan bukan penyerang?
Laman Manchester Evening News mencoba membedah fenomena ini. Hasilnya, Man United diminta mengikuti jejak Liverpool untuk bisa membenahi lini serang.
Seperti diketahui, Liverpool merupakan salah satu tim paling produktif di Liga Inggris saat ini. Skuad Jurgen Klopp telah mencetak 18 gol, atau hanya kalah dari Brigthon & Hove Albion dan Newcastle United.
Produktivitas gol yang dua kali lipat lebih banyak ketimbang Man United ini tentunya tak terjadi begitu saja. Salah satu alasannya adalah kualitas pemain pilihan Jurgen Klopp di lini depan.
Lantas, apa yang membedakan lini depan Man United dengan Liverpool, yang membuat mereka tertinggal jauh dalam hal produktivitas gol?
1. Butuh Penyerang Serbabisa
Melansir Manchester Evening News, pemain yang dibutuhkan Setan Merah adalah pemain yang mampu bermain melebar dan mampu bermain di beberapa posisi.
Sejauh ini, hanya Marcus Rashford yang mampu bermain di banyak posisi di lini serang. Sedangkan Rasmus Hojlund, misalnya, hanya maksimal bermain sebagai penyerang tengah.
Hal ini membuat Man United tertinggal jauh dengan Liverpool, yang memiliki pemain-pemain sekaliber Diogo Jota, Cody Gakpo, dan Darwin Nunez yang sama-sama bisa bermain di segala posisi.
Pun demikian dengan rival sekota, Manchester City, yang memiliki Julian Alvarez. Pemain Argentina ini terbukti mampu bermain sama baiknya sebagai striker maupun penyerang sayap.
Arsenal juga bisa jadi contoh. The Gunners punya pemain seperti Leandro Trossard dan Gabriel Jesus, yang bisa bermain apik, baik di sayap maupun di tengah.
Hal ini tak lepas dari tren sepak bola modern, yang mulai meninggalkan pemain-pemain nomor 9. Pemain yang hanya bisa bermain di satu posisi sebagai target man dinilai tidak lagi efektif untuk permainan yang kian cair.
Alih-alih mengandalkan satu pemain sebagai mesin gol, sepak bola masa kini lebih banyak memainkan dua atau tiga penyerang di depan, yang semuanya memiliki insting mencetak gol setara.
Tercatat, saat ini tinggal tersisa Erling Haaland (Man City) dan Harry Kane (Bayern Munchen), striker murni yang masih bisa mempertahankan penampilan mereka di level tertinggi.
Dengan kondisi ini, Man United perlu mendatangkan penyerang yang serbabisa pada bursa transfer mendatang, bukan pemain seperti Evan Ferguson (Brighton & Hove Albion), yang selama ini dirumorkan akan didatangkan Erik ten Hag.
Melihat situasi Man United yang selangkah lagi memiliki pemilik anyar, yakni Sir Jim Ratcliffe, layak dinantikan gebrakan apa yang akan dibuat pada jendela transfer musim dingin mendatang.