Berani DM Sendiri Erick Thohir untuk Naturalisasi ke Timnas Indonesia, Sejago Apa Sih Delano Ladan?
INDOSPORT.COM - Delano Ladan membuat gempar ketika ia 'tertangkap' memohon pada ketua umum PSSI, Erick Thohir, untuk membaca direct message (DM) di unggahan sang pejabat.
Belum diketahui secara pasti apa maksud dari pemain Belanda tersebut namun kemungkinan besar ada sangkut pautnya dengan program naturalisasi untuk timnas Indonesia.
Ya, Ladan memang punya darah keturunan Indonesia dari salah satu kakeknya yang berasal dari Jawa.
Hal tersebut ia bocorkan sendiri pada Football Talentnesia pada medio 2022 silam dimana pemain berposisi penyerang tengah itu juga sekaligus menyatakan minatnya untuk membela skuad kebangsaan Indonesia.
Jika benar akan dinaturalisasi, maka Ladan akan jadi sosok yang berbeda karena kebanyakan pemain keturunan yang belakangan ini ditarik PSSI berposisi sebagai pemain bertahan.
Sebut saja Jordi Amat, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, dan Elkan Baggott. Bahkan Jay Idzes dan Nathan Tjoe-A-On yang saat ini tengah diproses pun posisi mereka tidak jauh-jauh dari bek tengah maupun gelandang bertahan.
Memang masih ada Rafael Struick yang beberapa kali dipasang sebagai 'nomor 9' baik di timnas Indonesia senior maupun kelompok usia namun sejatinya ia adalah seorang penyerang sayap.
Di ADO Den Haag yang merupakan klubnya saat ini, winger kiri adalah posisi dimana Struick lebih banyak dipasang.
Maka dari itu Delano Ladan bisa memberikan warna baru bagi timnas Indonesia andai dinaturalisasi nanti. Ia bisa menjadi pesaing untuk Dimas Drajad, Hokky Caraka, dan Ramadhan Sananta agar tidak merasa jika posisi mereka akan di Skuad Garuda.
Namun seperti apa sebenarnya kualitas dari Ladan? Apakah memang layak Erick Thohir dan PSSI mendengarkan proposalnya?. Berikut ulasannya.
1. Lebih Berpengalaman Meski Perlu Asahan
Tidak ada yang meragukan potensi yang dimiliki oleh Rafael Struick sebagai calon penyerang paten timnas Indonesia namun publik tidak boleh lupa jika ia masih muda.
Umurnya baru 20 tahun dan bersama ADO Den Haag selaku klub profesional pertamanya, Struick juga belum banyak dipercaya untuk tampil meski kesebelasan berjuluk De Ooievaars itu 'hanya' berkompetisi di kasta kedua Liga Belanda (Eerste Divisie).
Di sini Delano Ladan lebih unggul. Di usia 23 tahun, kariernya sudah sedikit lebih panjang dari Struick.
Ladan sendiri juga merupakan produk akademi ADO layaknya Struick namun ia menembus tim senior mereka sejak 2017 dimana saat itu klub masih berkutat di kasta tertinggi yakni Eredivisie.
Ladan bahkan sempat memainkan empat pertandingan Eredivisie sebelum dilepas permanen oleh ADO ke SC Cambuur pada 2019 namun di sana lah ia mendapatkan lebih banyak jam terbang.
Dua tahun bersama Cambuur, Ladan mengumpulkan 26 penampilan. Bahkan di 2021 membantu klub tersebut menjadi juara Eredivisie bersama dua pemain keturunan Indonesia lain yakni Ragnar Oratmangoen Jasper ter Heide.
Kini ia masih bermain di Eerste Divisie untuk TOP Oss dan total telah mengumpulkan 74 penampilan penampilan dalam divisi tersebut per Sabtu (28/10/23) dan tentunya akan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu.
Hanya satu kekurangan dari Ladan namun sangat vital yakni minimnya jumlah gol yang ia cetak sejauh ini. Baru ada enam gol plus empat assist yang ia jika hanya menghitung partai level senior.
Tentunya statistik ini cukup memprihatinkan mengingat seorang penyerang dinilai dari ketajamannya. Mungkin inilah alasan kenapa PSSI belum tertarik untuk memberinya paspor Indonesia sehingga Ladan harus turun tangan sendiri membujuk Erick Thohir.
Namun perlu diingat sepakbola Belanda dan Indonesia berbeda levelnya sehingga sulit untuk mengukur dengan baik kualitas Delano Ladan yang juga masih muda. Apabila ia berniat untuk membela timnas Indonesia dan bermain di bawah asuhan Shin Tae-yong, maka PSSI setidaknya harus mengulurkan bantuan atau setidaknya mendengarkan proposalnya lebih dulu.