Terkuak! 'Si Taifun' Candra Wijaya Ternyata Idolakan Christian Hadinata
INDOSPORT.COM – Akhirnya terkuak, mantan pemain bulutangkis Indonesia, Candra Wijaya, ternyata mengidolakan Christian Hadinata.
Siapa yang tidak mengenal Candra Wijaya? Mantan pebulu tangkis asal Indonesia yang pernah dianggap sebagai salah satu pemain ganda putra terbaik yang dimiliki Tanah Air.
Besar di keluarga bulutangkis membuat pria yang kini berusia 48 tahun itu mendapatkan privilege untuk bisa tampil menggelegar pada masanya.
Meraih serangkaian gelar bergengsi bulutangkis menjadi bukti bahwa Candra Wijaya memang merupakan salah satu ganda putra terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
Raihan medali emas di Olimpiade 2000 Sydney; Kejuaraan Dunia 1997; Thomas Cup 1998, 2000, 2002; Asian Games 1998, Kejuaraan Asia 1996, hingga All England 1999 dan 2003 jelas menjadi salah satu buktinya.
Di balik prestasinya yang cemerlang tersebut, tentu saja ada peran legenda pebulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata, yang rupanya menjadi idola Candra Wijaya.
“Saya terinspirasi Christian Hadinata yang dulu merupakan andalan Indonesia di sektor ganda putra,” ungkap Candra Wijaya mengenai siapa pebulu tangkis yang diidolakannya ketika ditemui INDOSPORT di Candra Wijaya International Badminton Centre.
Sosok Christian Hadinata sendiri dicap sebagai salah satu ganda putra terbaik dunia yang berhasil memenangi Kejuaran Dunia 1980 (2x), Piala Dunia (1978, 1980, 1985), Thomas Cup (1973, 1976, 1979), Asian Games (1974, 1978 (2x), 1982 (2x)).
Christian Hadinata itu pastinya menjadi motivasi bagi Candra Wijaya untuk lebih bisa berprestasi lagi di dunia bulutangkis saat pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat, itu masih aktif bermain.
Tak hanya mengenai idola saja, Candra Wijaya berbicara beberapa hal, termasuk Piala Thomas-Uber 1998, ketika ditemui oleh INDOSPORT.
1. Kenangan di Piala Thomas-Uber 1998
Piala Thomas-Uber 1998 jelas menjadi salah satu pengalaman tak terlupakan bagi Candra Wijaya karena ajang itu dianggap sebagai salah satu kompetisi Thomas Cup terhebat karena perbedaan skor yang tipis dan laga yang berlangsung ketat.
Indonesia saat itu memenangi Piala Thomas 1998 setelah mengalahkan Malaysia 3-2 di partai puncak yang mana Candra Wijaya berperan besar menyumbang poin.
Saat itu, Candra Wijaya/Sigit Budiarto mampu menyumbang sepoin bagi Indonesia setelah mengalahkan Lee Wan Wah/Choong Tan Fook dengan skor 15-11, 15-12.
Namun, satu hal lagi yang berbekas di hati Candra Wijaya adalah mengenai kerusuhan 1998 yang membuat kepulangan Indonesia ke tanah air tertunda.
“Sebuah pengalaman yang tak terlupakan karena kami berangkat presidennya masih Pak Harto, pulang sudah ganti Pak Habibie. Kami sempet tertahan di Hong Kong tak bisa pulang karena situasi dalam negeri belum kondusif,” kenang Candra Wijaya.
Benar demikian, Piala Thomas-Uber 1998 mulai pada 17-24 Mei, sedangkan kerusuhan 1998 terjadi pada 4 Mei-15 Mei.
Maka dari itu, Indonesia berangkat ke Hong Kong, China, saat itu memang Presiden Indonesia saat itu masih Soeharto sampai Bapak Pembangunan itu mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998.
Dengan demikian, ketika Candra Wijaya cs pulang, B.J Habibie, yang menjadi Wakil Presiden Indonesia saat itu, menjabat sebagai Presiden.