Alasan Pecat Erik ten Hag Hanya Akan Buat Manchester United Kian Ambyar
INDOSPORT.COM – Ini alasan pecat Erik ten Hag hanya akan membuat klub Liga Inggris (Premier League), Manchester United, kian bermasalah.
Terjadi perdebatan sengit apakah Manchester United perlu memecat Erik ten Hag setelah rentetan hasil buruk yang diraih pada 2023/2024 ini.
Terlebih lagi, Manchester United gagal mempertahankan gelar Piala Liga Inggris mereka setelah kalah dari Newcastle United 3-0, Kamis (02/11/23) di Old Trafford.
Dengan demikian, Setan Merah baru saja mencetak rekor awal musim terburuk di kandang mereka sendiri sejak 1930/1931 silam dengan hanya meraih 5 kemenangan dari 10 laga.
Manchester United juga sudah tumbang 8 kali dalam 15 pertandingan pertama mereka di semua ajang dan hanya menjaringkan 26 gol secara total.
Meskipun demikian, sebagian besar fans Man United tak ingin Ten Hag dipecat karena mereka tak hanya menganggapnya sebagai pelatih jangka panjang, tetapi juga prinsipnya akan standar dan usaha juga selaras dengan DNA klub.
Beberapa fans pun pastinya juga sudah lelah dengan rentetan musim kurang apik sejak ditinggal Sir Alex Ferguson pensiun pada 2013 lalu.
Namun, jangan lupa bahwa Sir Alex Ferguson sebelumnya juga sempat hampir dipecat Manchester United sebelum akhirnya mampu mempersembahkan trofi pertama pada 1992 atau enam tahun setelah menjadi manajer Setan Merah pada 1986.
Maka dari itu, ada alasan pecat Erik ten Hag hanya akan membuat Manchester United kian bermasalah ke depan.
1. Alasan Ten Hag Layak Dipertahankan Man United
Alasan pertama, pembelian pemain yang sudah dilakukan Erik ten Hag bisa menjadi sia-sia karena manajer Manchester United yang baru nanti belum tentu cocok dengan pemain yang diboyongnya.
Penggemar sepak bola yang mengikuti permainan Ajax Amsterdam saat Erik ten Hag pasti akan paham bahwa klub Liga Belanda itu bisa bermain dengan sangat indah.
Namun, pelatih asal Belanda itu menyebut bahwa sang manajer tidak akan menerapkan cara bermain Ajax ke klub peraih 20 gelar Liga Inggris tersebut.
Sebaliknya, pelatih berusia 53 tahun itu ingin menjadikan Manchester United sebagai pemain dengan transisi terbaik di dunia.
Hal ini sudah menunjukkan bahwa Erik ten Hag adalah pelatih yang tak memaksakan strateginya ke tim yang baru dimasukinya dan malah menyesuaikan strategi dengan kapasitas pemain yang dimiliki Manchester United.
Akan tetapi, tetap saja transisi yang mematikan itu juga tak lepas dari umpan-umpan cepat nan rapat dari pemainnya, layaknya ketika Ten Hag masih menangani Ajax.
Ten Hag berupaya bisa menerapkan taktiknya itu di Manchester United walaupun harus menyesuaikan diri dengan kapasitas anak asuhnya yang berarti ada beberapa pemain yang kurang layak yang bisa dibuang nanti.
Alasan kedua adalah mengenai siapa pengganti Ten Hag nanti jika dia dipecat mengingat memecat pelatih bukanlah salah satu solusi Setan Merah saat ini.
Memang masih banyak sederet pelatih bagus, seperti Roberto De Zerbi, yang secara taktik juga tak diragukan setelah berhasil membuat Brighton tetap menyeramkan meskipun ditinggal Graham Potter ke Chelsea.
Selain itu, jangan lupa bahwa ada faktor non-teknis yang berperan, seperti masalah pemain Manchester United pun terletak pada pemainnya yang terkadang disebut punya ego yang tinggi.
Maka dari itu, belum tentu ada pelatih dari tim gurem yang sukses di tim besar karena gagal menangani faktor non-teknis ini, contohnya Graham Potter ke Chelsea.
Ketegasan Erik ten Hag sebelumnya sudah membuat Manchester United kembali bak ke zaman Sir Alex Ferguson yang terkenal akan kedisiplinannya.
Oleh sebab itu, klub Liga Inggris, Manchester United, tampak harus bersabar kepada Erik ten Hag lagi sembari membiarkannya untuk mengimplementasikan sistemnya dengan pemain yang sesuai standardnya.