3 Alasan Mengapa Mohamed Salah Lebih Baik Bertahan di Liverpool

INDOSPORT.COM - Setidaknya, ada tiga alasan mengapa Mohamed Salah lebih baik bertahan di klub Liga Inggris (Premier League), Liverpool, ketimbang hengkang ke Al Ittihad.

Sejak musim panas lalu, rumor bahwa Mohamed Salah akan hengkang ke Liga Arab Saudi mengemuka. Kabar ini tersebar menyusul tawaran gila-gilaan yang diberikan Al Ittihad kepada Liverpool.

Bayangkan saja. Klub kaya raya Arab Saudi tersebut siap membeli Mohamed Salah dengan harga 150 juta pounds (sekitar Rp2,9 triliun). Dengan jumlah sedemikian besar, tak ada yang menjamin jika Liverpool tidak akan goyah.

Liga Arab Saudi sendiri belakangan diketahui sering mendatangkan pemain top Eropa yang mulai memasuki usia senja. Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, hingga N'Golo Kante.

Bahkan, beberapa mantan pemain Liverpool, seperti Jordan Henderson, Fabinho, hingga Sadio Mane juga kini bermain di Liga Arab Saudi. Itu belum termasuk legenda Liverpool, Steven Gerrard, yang kini menjadi pelatih di Al Ettifaq.

Namun, dengan sekian banyak daya tarik Liga Arab Saudi, banyak yang menilai lebih bijak jika Mohamed Salah bertahan di Liverpool. Setidaknya, ada 3 alasan kuat yang bisa membuat pemain Timnas Mesir tersebut tak hengkang ke Arab Saudi.

Alasan pertama adalah karena Mohamed Salah sudah nyetel dengan gaya bermain Liverpool dan Jurgen Klopp. Tak bisa dimungkiri, pemain berjuluk Pangeran Mesir tersebut adalah salah satu pemain terpenting Liverpool dalam beberapa tahun terakhir.

Mohamed Salah sendiri adalah pilihan utama Jurgen Klopp di posisi sayap kanan. Ia bahkan menjadi pemain Liverpool paling banyak mendapat menit bermain sepanjang musim ini.

Jika bergabung ke Al Ittihad, Mohamed Salah harus bersaing dengan Karim Benzema dan Jota, yang saat ini menghuni lini depan klub yang bermarkas di King Abdullah Sports City.

Mohamed Salah juga tidak akan mendapat "kemewahan" seperti di Liverpool, di mana posisi gelandang dan bek diisi pemain-pemain berkualitas.

1. 2 Alasan Lainnya

Alasan berikutnya adalah atmosfer Liga Arab Saudi yang tidak seramai Liga Inggris. Soal faktor kedua ini, agaknya belum akan bisa membaik dalam beberapa tahun ke depan.

Meski telah mendatangkan sederet pemain kelas dunia dari Eropa, dalam hal atmosfer, Liga Arab Saudi belum bisa menyaingi suasana pertandingan dari kompetisi Benua Biru.

Hal ini tampak dari jumlah penonton yang menyaksikan setiap laga. Tercatat, jumlah suporter terbanyak musim ini adalah 60.000 orang, yang menyaksikan laga Al Hilal vs Al Fayha pada Agustus lalu.

Sementara, angka suporter terendah adalah 133 orang, yang tercatat saat laga Al Riyadd vs Al Okhdood. Jumlah ini jelas sangat jauh jika dibandingkan dengan stadion di Liga Inggris, yang hampir selalu penuh dalam setiap pertandingan.

Kondisi ini jelas harus dipertimbangkan oleh Mohamed Salah. Stadion yang sunyi senyap jelas bukan kondisi yang ideal bagi para pemain sepak bola untuk bermain.

Alasan ketiga adalah gaji selangit yang diterima Mohamed Salah dari Liverpool. Faktor ketiga ini jugalah yang sempat membuat sang pemain tak tergiur dengan tawaran Al Ittihad.

Dilansir The Guardian, pengacara dan penasihat Mohamed Salah, Ramy Abbas Issa, mengatakan bahwa kliennya itu menerima total bayaran 1 juta pound per pekan (sekitar Rp18,9 miliar) dalam tiga tahun kontraknya di Liverpool.

Sang pengacara mengungkap kontrak anyar Mohamed Salah, yang mencakup hingga 1 juta pound per pekan, termasuk dengan kesepakatan endorsement pihak ketiga.

Maka dari itu, Mohamed Salah tampaknya juga tidak tergiur dengan tawaran dari Arab Saudi karera selain uang yang cukup besar dari Liverpool, sang pemain pastinya masih merasa bisa bersaing di level tertinggi di Eropa.

Bagaimanapun, tak ada yang pasti dalam sepak bola. Meski ada sederet alasan bertahan, Mohamed Salah masih mungkin hengkang jika kondisi memaksanya.