Tragis, Kisah Atlet Sepeda asal Inggris Peraih Emas Paralimpiade Tokyo Kena Granat di Afghanistan
INDOSPORT.COM – Jaco van Gass, atlet paracycling yang merebut medali emas di Paralimpiade Tokyo, ternyata seorang veteran yang menjadi korban serangan roket di Afghanistan.
Jaco van Gass berhasil memenangkan medali emas di ajang Paralimpiade pertamanya di Tokyo dengan memecahkan rekor di nomor balap sepeda individu C3 3000m putra di Izu Velodrome, Kamis (26/08/21).
Atlet kelahiran Afrika Selatan ini memecahkan rekor dunia di babak kualifikasi untuk memastikan ke final, sebelum menaklukkan rekan setimnya Fin Graham.
Van Gass pun menjadi atlet kedua yang merebut medali emas paracycling untuk Inggris di ajang Paralimpiade setelah kemenangan Sarah Storey sehari sebelumnya.
“Pada saat ini, itu di atas. Itu di sana. Itu tepat di atas. Itu yang terbaik,” kata Van Gass selepas naik ke atas podium tertinggi untuk menerima medali emasnya, dilansir dari Daily Mail.
Perjalanan Van Gas menuju Paralimpiade Tokyo kali ini sangatlah luar biasa. Van Gass sebelumnya adalah seorang tentara Inggris yang ditugaskan ke Afghanistan untuk pertama kalinya pada tahun 2008.
Setahun berikutnya, Van Gass kembali ke negara Timur Tengah ini sebagai penembak jitu dengan Resimen Parasut. Tepat dua pekan sebelum dirinya dijadwalkan pulang, Van Gass justru terkena serangan granat roket yang diluncurkan pejuang Taliban.
Alhasil, Van Gass pun harus kehilangan lengan kirinya tepat di atas siku, paru-paru kirinya kolaps, pecahan peluru bahkan menembus organ dalam, dan lutut kiri dan pergelangan kakinya retak.
Atlet 23 tahun itu bahkan harus menjalani pemulihan dan rehabilitas dengan 11 operasi. Cedera parah yang dialaminya ini pada akhirnya menyudahi karier militernya.
Meski demikian, Van Gass tak menyerah dengan hidupnya yang baru ini. Dia mengikuti pelatihan lagi bersama Resimen Parasut, berjalan ke kutup Utara, dan berlari maraton, berkompetisi di acara ski.
Dirinya juga sempat berhasil mencapai puncak Everest sebelum Olimpiade London 2012 menginspirasi dirinya mengikuti Paralimpiade.
“Saya berada di velodrome (pada 2012) untuk menonton Paralimpiade, di stadion yang juga dipakai cabor atletik, dan saya kagum dengan itu dan saya ingin menjadi bagian dari itu, jadi saya memulai perjalanan saya,” jelas Van Gass.
Van Gass awalnya berharap bisa ikut tampil di Paralimpiade Rio 2016, namun dirinya gagal masuk ke tim final Inggris. Dia bahkan memilih hengkang dari timnya British Cycling dan mencoba melakukan persiapan untuk Tokyo.
1. Van Gass Tidak Menyesal dengan Kondisinya
Di Paralimpiade Tokyo yang menjadi debutnya itu, Van Gass ternyata menjadi salah satu atlet yang diunggulkan untuk memenangkan emas.
Di babak kualifikasi, Van Gass berhasil mencatat waktu 3 menit 17,593 detik, di depan Graham yang melampui rekor pebalap Rusia Alexey Obydennov pada tahun 2014 dengan waktu 3 menit 19,780 detik.
Sementara dalam perebutan medali emas, Van Gass unggul satu detik dari rekan setinya dengan 3 menit 20,987.
Dengan kondisinya saat ini, Van Gass mengaku tidak menyesal dengan apa yang telah dia alami di Afghanistan. Bahkan ini memotivasinya untuk berpresiasi di olahraga yang belum pernah dia bayangkan sebelumnya.
“Secara pribadi, saya tidak kecewa atau menyesali apa yang terjadi pada saya dalam masalah pribadi. Saya harus keluar dan melakukan pekerjaan saya. Pikiran saya tertuju pada mereka yang membayar pengorbanan tertinggi dan saya pikir saya akan membiarkannya begitu saja,” tandasnya.