INDOSPORT.COM – Rudie Lubbers nyatanya pernah memiliki kisah tragis, bermula dari dihancurkan Muhammad Ali di Jakarta hingga menjadi gelandang Bulgaria.
Sekedar mengingatkan kembali, mantan petinju kelas berat asal Belanda tersebut pernah menjadi lawan Muhammad Ali di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 20 Oktober 1973.
Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia berharap agar Muhammad Ali berhasil menumbangkan petinju kelas berat Belanda tersebut.
Karena Ali sendiri direpresentasikan sebagai pahlawan bagi bangsa-bangsa Dunia Ketiga, karena ia merupakan seorang muslim.
Sedangkan Rudie Lubbers sendiri dikaitkan dengan kolonialisme Belanda, hingga akhirnya masyarakat Indonesia bersemangat menantikan tinju kiri Muhammad Ali menghajar habis sang lawan di atas ring.
“Lubbers jelas menjadi representasi kolonialisme Belanda, dan orang-orang Indonesia bersemangat melihat kemenangan politik mereka terulang di atas ring,” tulis Julio Rodriguez, “Documenting Myth” dalam Sports Matters: Race, Recreation, and Culture suntingan John Bloom dan Michael Nevin Villard.
Alhasil, harapan masyarakat Indonesia pun akhirnya tercapai setelah Ali berhasil memenangkan pertarungan tersebut. Karena petinju asal Amerika Serikat itu menang angka atas Lubbers.
Meski Ali sempat mengungkapkan perang urat saraf yang mengatakan jika dirinya akan mengalahkan Lubbers dalam lima ronde, namun sang lawan justru bisa bertahan hingga ronde ke-12.
Seperti yang diketahui, Ali memang kerap kali melemparkan ungkapan bernada sesumbar sebelum menjalani pertandingan. Itulah yang terjadi ketika ia akan menghadapi Lubbers di Jakarta.
Ali berhasil mendominasi pertarungan dan mempermalukan petinju Belanda di hadapan masyarakat Indonesia. Mengingat, dalam laga itu hidung Lubbers dibuat patah.
Meski babak belur, Rudi Lubbers mampu mematahkan ungkapan sesumbar Ali, yang mengatakan akan menang pada ronde ke-5.
Karena itulah nama Lubbers pun sempat menjadi perbicangan dunia, walaupun hanya sesaat. Hal itu dibenarkan langsung oleh Joe Ryan dalam bukunya Heavyweight Boxing in the 1970’s: The Great Fighters and Rivalries.
Jadi Gelandangan dan Jual Narkoba
Beberapa tahun usai pensiun dari tinju, Lubbers dan sang istri, Ria telah hidup dalam kemiskinan di Bulgaria selama dua bulan terakhir, dan menyambung hidup dengan menerima bantuan.
Hal ini diketahui setelah kisahnya menarik perhatian di Belanda usai sebuah film dokumenter yang sempat ditayangkan.
Ia selamat dari cuaca dingin nan ekstrem dengan berlindung di mobil Van yang rusak dengan kondisi kekurangan listrik, air dan fasilitas sanitasi yang buruk.
Situasi tersebut diperburuk ketika Lubber juga merawat 16 anjing liar. Hal ini membuat kondisi istrinya memburuk dan sempat dilarikan ke rumah sakit.
Banyak orang di Belanda terkejut melihat pahlawan tinju mereka jadi gelandangan, dan lebih dari Rp210 juta dikumpulkan setelah melakukan kampanye untuk membantu Rudi.
Tak hanya itu, ia juga sudah bertemu kembali dengan putranya, Marco setelah tak berhubungan selama dua tahun.
Yang lebih menyedihkan, Lubbers nyatanya pernah berurusan dengan pihak kepolisian karena melakukan pengedaran narkoba pada 1986 silam. Ia pun dijebloskan ke dalam penjara selama empat tahun.
Setelah bebas, Lubbers sempat bekerja di pasar malam dengan Ria selama beberapa tahun setelah pensiun. Akan tetapi dia dinyatakan bangkrut pada 1999 dan hidup menjadi gelandangan.
Ia beberapa kali menjadi musafir dengan mengelilingi negara seperti Lebanon, Maroko, Mesir, Uni Emirat Arab dan Portugal, sebelum tiba di Bulgaria beberapa tahun yang lalu.
Hidup Lubbers pun mengalami perubahan setelah sebuah film dokumenter mengangkat kisahnya ke acara televisi setahun yang lalu.
Lubbers pun diselematkan dari kehidupan mencekamnya di Bulgaria, dan sekarang tinggal di tempat penampungan, tepatnya di Amsterdam-Zuidoost.
Di saat itu juga, Ria harus dirawat di rumah sakit selama berminggu-minggu akibat pneumonia ganda yang ia derita. Meski begitu, Lubbers selalu setia untuk menemani istri tercintanya.
Menurut laporan situs Belanda ad.nl, Lubbers menderita bronkitis. Meski dokter telah melarangnya untuk tidak merokok, namun dirinya tak peduli dengan nasehat tersebut.
"Jika saya tidak merokok, saya juga sama buruknya. Jika saya merokok, tiba-tiba saya mendapat udara lagi. Sangat aneh,” ujarnya.