INDOSPORT.COM - Siapa yang tak kenal dengan Muhammad Ali? Ikon legenda tinju terbesar era 60-an ini berhasil menjadi salah satu atlet terhebat sepanjang sejarah. Tak ada yang menyangka dirinya memiliki nama lahir Cassius Clay.
Seperti julukannya sebagai The Greatest alias Si Terhebat, Ali dikenal sebagai petarung paling sangar yang pernah dilahirkan. Terbukti kepalan tangannya sukses menghabisi banyak nama-nama tenar dalam olahraga baku hantam seperti George Foreman, Ken Norton, dan Joe Frazier.
Rekor mantan petinju kelas berat ini pun tak bisa dipandang sebelah mata setelah punya catatan bersih 56 kali menang dan hanya lima kali kalah. Medali emas Olimpiade dan gelar Juara Dunia tinju kelas berat pun sempat dipersembahkan oleh atlet asal Kentacky tersebut.
Akan tetapi meskipun punya rekor menakjubkan, dirinya juga cukup dikenal sebagai sosok kontroversial akibat penggantian namanya. Melansir laman berita Sports Casting, saat lahir pada 17 Januari 1942 silam, petinju ini lebih dulu dikenal dengan nama lengkap Cassius Marcelulus Clay Jr.
Mengapa saat berada di atas ring nama itu tak muncul? Alasannya tak lepas dari keyakinan si atlet untuk memeluk agama Islam. Momen bersejarah ini terjadi setelah Ali menghabisi Sonny Liston pada 1964, tepat saat usianya baru 24 tahun.
Kesuksesannya sebagai juara dunia tidak serta merta tampilkan sikap arogan, Ali tercatat bergabung dengan organisasi khusus muslim, Nation of Islam kala bertemu dengan tokoh penting Malcolm X. Disinilah dirinya mulai memiliki ketertarikan untuk dalami keyakinan agama.
Dengan cara memeluk agama tersebut Ali juga percaya ini menjadi salah satu cara agar adanya kesetaraan ras di Amerika Serikat. Seperti diketahui Negeri Paman Sam cukup sensitif terkait permasalahan warga kulit hitam dan agama Islam.
"Cassius Clay adalah nama budak dan saya tidak memilih maupun inginkan nama itu. Saya Muhammad Ali, sebuah nama yang bebas dengan makna utama orang yang dikasihi oleh Tuhan," ucap Ali dikutip dalam laman media Independent.
Tak berselang lama keyakinannya dari seorang pemeluk Kristen pun berubah menjadi Islam setelah itu. Besarnya Ali kecintaan pada agama tak bisa dipandang sebelah mata, terbukti dengan penentangan dirinya ikut serta dalam wajib militer tentara AS dan rencana agresi perang Vietnam pada 1966.
Sempat dianggap pengkhianat, Negeri Paman Sam sempat menahan petarung tersebut dan mencopot gelar juara dunia tinjunya. Beruntung hukuman tersebut berkurang setelah dirinya ajukan banding Mahkamah Agung 1971.
Ali sempat lakoni duel lawan Rudi Lubbers di Jakarta pada 1973, berkat kecintaanya dalam toleransi umat beragama di Indonesia, dirinya pun jadi tamu kehormatan Presiden Soeharto setelah mengumumkan pensiun.
Berkat peran pentingnya dalam dalam kegiatan amal dan kemuliaan hatinya kala semasih hidup, Ali sukses mendapat tempat di mata masyarakat. Meninggal akibat penyakit parkinson 2016 silam, buat dunia kehilangan sosok atlet yang memiliki prestasi dan hati emas.