INDOSPORT.COM - Tunney Hunsaker, lawan Cassius Clay alias Muhammad Ali di duel profesional pertamanya, mengaku sempat kewalahan ketika meladani perlawanan tokoh tinju legendaris tersebut.
Untuk dikenang kembali, duel perdana enam ronde antara kedua petinju ini terjadi di Freedom Hall State Fairground, Louisville, Kentucky, pada 29 Oktober 1960.
Jika berbicara soal pengalaman, keduanya bak langit dan bumi. Tunney Hunsaker pada waktu itu sudah berusia 30 tahun sedangkan Ali masih sangat muda, 18 tahun.
Ia pun tidak lebih dari sekadar pendatang baru di kancah olahraga tinju kelas heavyweight. Meski demikian, semangat Ali tidak luntur mengingat ini adalah pertarungan pertamanya di level profesional.
Ali pun berhasil meruntuhkan Hunsaker saat ronde terakhir hingga membuat Hunsaker terkagum-kagum. Mau tidak mau, ia harus mengakui telah kalah dari seorang remaja yang bahkan belum genap berusia 20 tahun.
“Dia sangat hebat untuk seorang yang berusia 18 tahun dan sama cepatnya seperti petinju kelas heavyweight,” ujar Tunney Hunsaker seperti dikutip dari laman berita olahraga The Sportsman.
“Clay sangat cepat seperti kilat. Saya telah berusaha melakukan banyak trik untuk mengalahkannya tapi dia terlalu bagus,” ucap pria kelahiran 1 September 1930 tersebut.
Berkat duel itu, Ali mengantongi uang sebesar 2.000 ribu dolar AS sedangkan Hunsaker mendapat sekitar 300 dolar AS.
Usia memang salah satu dari sekian faktor yang bisa memengaruhi penampilan seseorang. Hunsaker mungkin lebih berpengalaman namun Ali yang masih berusia belasan tahun terlihat begitu fit, apalah arti enam ronde baginya.
“Saya siap bertarung sepuluh ronde kapan saja, ucapnya lagi.
Setelah pertandingan lawan Hunsaker, Ali yang belum memiliki pelatih dan manajer pun menunjuk Angelo Dundee yang kemudian berperan besar dalam kesuksesan kariernya di dunia tinju.
Nama Ali semakin naik daun seiring berjalannya waktu. Ia memenangkan 19 pertarungan dalam kurun waktu tiga tahun hingga akhirnya pada 1964 ia naik ke ring tinju untuk melawan Sony Liston.
Namun dari sekian banyak lawan yang telah dihadapi, seorang Muhammad Ali tidak pernah melupakan sosok Tunney Hunsaker. Sepertinya, pria tersebut telah meninggalkan kesan mendalam pada diri Ali.
Keduanya kemudian menjadi teman baik. Meski kerap berbeda pandangan dengan Ali, Hunsaker tetap memuji kawannya tersebut sebagai seorang atlet hebat yang juga peka dengan hal-hal tentang kemanusiaan.
Pada tahun 1992, Hunsaker pensiun dari kepolisian dan pesta perpisahan pun digelar. Ali, yang dahulu pernah berhadapan dengannya di ring tinju, datang ke acara tersebut untuk menemui lawan sekaligus kawan lamanya tersebut.
Hunsaker bahkan sempat mengajak Ali berkeliling tempat tinggalnya di Fayetteville, Virginia Barat, termasuk mendatangi sebuah jembatan bernama The Fayette Station Bridge.
Jembatan tersebut kemudian diberi nama Tunney Hunsaker Bridge untuk mengenang sosok yang pernah melawan ikon tinju ternama dunia, Muhammad Ali, tersebut.
Meski nasibnya tidak sebaik Ali di dunia tinju yang masuk daftar Internasional Boxing Hall of Fame, Hunsaker boleh berbangga diri lantaran namanya berada di Law Enforcement of Fame.
Ya, apalagi kalau bukan berkat dedikasinya yang sangat total selama 38 tahun menjabat kepala polisi Fayetteville.
Tunney Hunsaker meninggal dunia pada 27 April 2005 saat usianya 74 tahun, akibat komplikasi penyakit Alzheimer's dan kondisi tubuh yang memburuk setelah menjalani laga tinju terakhirnya.
Sementara itu, Muhammad Ali juga pergi dari dunia ini selama-lamanya pada 3 Juni 2016. Ia sempat dirawat di rumah sakit karena gangguan pernapasan sebelum meninggal dunia akibat syok septik.