Floyd Mayweather Alami Kekalahan Memalukan, Nangis Dihajar Petinju Pegawai Supermarket
Di awal-awal turnamen, langkah Mayweather tampil cukup menjanjikan. Pertama ia mengalahkan Bakhtiyar Tyleganov asal Kazakhstan hanya dalam tempo 57 detik di babak 32 besar.
Korban selanjutnya mengalahkan Artur Gevorgyan asal Armenia di babak 16 besar. Pada perempatfinal, ia mendapat perlawanan ketat dari Lorenzo Aragon asal Kuba, namun akhirnya bisa menang.
Tinggal selangkah lagi bagi Mayweather untuk merebut medali emas jika di semifinal mampu mengalahkan Serafim Todorov asal Bulgaria.
Tampil dengan penuh optimisme, Mayweather semangat untuk bisa membekuk Serafim. Akan tetapi hasil akhir membuatnya sangat terkejut lantaran para juri menyatakan ia kalah dari Serafim usai bertarung tiga ronde.
Usai pertarungan itu, tangis Floyd Mayweather Jr pecah. Kekecewaan mendalam dirasakannya, meski setidaknya ia bisa membawa pulang perunggu.
"Saya merasa saya memenangi pertarungan," katanya sambil terisak. Setelahnya, ia tak bisa berkata apa-apa lagi dan larut dalam kesedihan.
Setelah Olimpiade 1996, Floyd Mayweather Jr dan Serafim Todorov berbeda nasib. Menurut New York Post, Todorov hidup sederhana.
Ia tidak lagi menekuni profesi petinju, melainkan memilih pekerjaan bervariasi dari sopir, pegawai supermarket, buruh pabrik sosis, hingga hidup dari uang pensiun sebesar £315 (sekitar Rp6 juta sebulan).
Di sisi lain, Mayweather menuju karier tinju profesional usai Olimpiade 1996. Sebulan setelah Olimpiade, tepatnya 11 Oktober 1996,.
Ia menjalani duel tinju pertamanya dengan menang TKO atas Roberto Apodaca asal Meksiko. Setelahnya, Mayweather tidak pernah kalah lagi hingga duel terakhirnya kontra Conor McGregor pada 26 Agustus 2017.