Saat Muhammad Ali Taklukkan Olimpiade Roma Bermodal Doa dan Parasut
Muhammad Ali akhirnya mau pergi lagi dengan pesawat, sambil membawa parasut yang ia beli dari toko militer.
Tidak tanggung-tanggung, ia memasang lipatan parasut tersebut di bagian belakang tas punggung yang dikenakannya. Diiringi dengan keyakinan dan pastinya doa, pada akhirnya ia berangkat juga ke Italia.
Toh, ia tidak punya alternatif lain lagi. Sempat mengancam tidak mau ikut Olimpiade, Muhammad Ali sejatinya sempat bernegosiasi untuk pergi menggunakan kereta atau kapal laut, namun permintaan tersebut ditolak.
Dan ternyata, berlaga di Olimpiade Roma 1960 mungkin sebuah keputusan tepat yang diambil Ali, meski ia sendiri harus berkutat dengan ketakutan naik pesawat.
Saat itu, usianya masih 18 tahun. Tentu tidak ada yang menyangka petinju muda sepertinya bisa membawa pulang medali emas di kelas light heavyweight pada waktu itu.
Langkah Ali di Olimpiade Roma pun dimulai dengan cukup mudah, sampai akhirnya ia harus menghadapi lawan kuat di partai puncak.
Adalah Zbigniew Pietrzykowski, petinju yang berhasil menggondol medali perunggu di Olimpiade edisi sebelumnya.
Ali kemudian bertarung mati-matian dan pada akhirnya tampil sebagai pemenang dan berhak atas medali emas.
Ya, keberhasilan ini tentu tidak lepas dari peran Joe Martin yang terus membujuk Ali naik pesawat. Lantas, jurus bujuk rayu apa yang pada akhirnya membuat sang petinju luluh?
Martin meyakinkan Ali, bahwa berlaga di Olimpiade Roma dan memenangkan medali adalah cara menjadi juara kelas berat dunia.
Akan tetapi, medali emas yang Ali rebut di Olimpiade Roma tersebut kabarnya justru ia buang ke sebuah sungai di Ohio, lantaran merasa merasa kesal dengan perlakuan rasial dari orang-orang berkulit putih, tidak lama setelah ia pulang dari Italia.