Kisah Chika Nakamura, Tak Anggap Muhammad Ali hingga Menjadi Mualaf
INDOSPORT.COM – Berikut kami akan menceritakan sedikit kisah petinju Jepang Chika Nakamura, yang sempat tak menganggap Muhammad Alli hingga menjadi mualaf.
Chika Nakamura tumbuh sebagai remaja di wilayah Nara, Jepang. Namun ketika usianya menginjak 19 tahun dirinya memutuskan hijrah ke Amerika Serikat.
Keputusan itu ia ambil untuk mengejar mimpinya menjadi seorang petinju wanita profesional. Ide untuk menjadi seorang petinju ini sebenarnya mendapatkan penolakan dari keluarganya.
Mengingat, olahraga tinju tidak mendapatkan banyak perhatian dari pihak wanita. Situasi ini yang akhirnya membuat Chika mengalami sedikit kerenggangan dengan keluarganya.
Meski tak mendapatkan restu, karier Chika terbilang fantastis. Tahun 2001-2002 Chika berhasil menjadi petinju profesional dan menjuarai berbagai pertandingan tinju kelas dunia.
Nama Ortiz di dunia tinju cukup dikenal. Ia adalah pemegang kelang juara dunia kelas ringan. Sampai akhirnya gelar tertingginya direbut oleh petinju asal Dominika Carlos Cruz pada 1968.
Pada 2007 ia bahkan berhasil meraih gelar New York Golden Gloves pada tahun 2007 dan masuk posisi 10 petinju wanita dunia versi Women's International Boxing Association (WIBA).
Sepanjang kariernya ia telah 61 kali menang, 7 kali kalah dan 1 imbang. Ortiz juga tercatat sebagai anggota International Boxing Hall Of Fame yang di dalamnya juga tergabung para petinju papan atas.
Tidak Menganggap Muhammad Ali
Chika Nakamura sendiri menyebutkan sosok yang menginspirasi kehidupan hingga karier tinju profesionalnya. Berbeda dari biasanya, Chika memasukkan nama Carlos Ortiz.
Hal ini bisa dikatakan agak berbeda dengan kebanyakan penikmat atau aktor tinju lainnya. Karena biasanya nama Muhammad Ali akan menjadi yang pertama dalam benak orang.
Namun bagi Chika Nakamura, Ortiz merupakan orang yang menurutnya pahlawan. Nama Ortiz bagi lebih superior dibandingkan dengan Muhammad Ali dan Mayweather.
Kesederhanaan keluarga Ortiz dan Maria membuat Chika ingin menjajal dunia sosial. Ortiz dan Maria sudah dianggap seperti orang tua bagi Chika.
"Itu (bergabung dengan Ortiz) takdir. Saya sangat beruntung bisa ditangani Ortiz. Dia adalah pahlawan. Bukan Oscar De La Hoya, bukan Mayweather, atau bahkan Muhammad Ali," ucapnya.
"Saya belajar banyak dari dia. Tidak hanya soal tinju, tapi juga tentang hidup dan makna kehidupan. Semakin saya berjuang, semakin saya belajar banyak mengenai kehidupan rohani dan keinginan untuk memberi,” ucap Chika mengomentari mantan pelatihya.
Menemukan Kedamaian
Nilai religi yang ditularkan Ortiz membuat Chika bertekad melakoni perjalanan spiritual untuk mencari kedamaian dalam hidup.
Suatu hari Chika bertemu seorang gadis asal Paris, Perancis. Gadis itu berkata bahwa Chika seperti seorang yang telah kehilangan sepotong puzzle dalam hidupnya.
Sepotong puzzle yang dimaksud oleh gadis Prancis tersebut adalah ketidatahuan Chika terhadap Sang Pencipta. Chika memang selama ini tidak mengenal Tuhan.
Dari situ, Chika pun mengakui menghampiri berbagai tempat ibadah. Itu dilakukan agar dirinya bisa menemukan mana Agama yang tepat untuknya.
Setelah dirasakan dan dikaji lebih dalam, Chika pun memilih Islam sebagai agamanya. Itu tadk terlepas dari kekuatan sujud yang ia rasakan.
"Saya pergi ke kuil Hindu, kuil Budha, gereja Kristen, dan terakhir ke Masjid tempat muslim beribadah. Saya bersujud di mesjid dan tiba-tiba air mata saya mengalir. Inilah yang saya cari," ucap Chika dalam pengakuannya di video Youtube.
"Saya memutuskan untuk menjadi seorang muslim dan segera mengucapkan dua kalimat syahadat," ujarnya yang memutuskan menjadi mualaf tepat sehari sebelum bulan Ramadan 1431.
"Saya telah meninggalkan kekasih dan passion saya. Kini saya punya misi baru, yaitu menyebarkan Islam ke negara saya dan pada dunia," tegasnya.
Setelah memeluk Islam Chika kerap tampil dengan busana tertutup dengan hijab. Ia tak lagi tampil di atas ring, namun aktif dalam berbagai kajian dan diskusi soal Islam dalam berbagai kesempatan.