INDOSPORT.COM - Asas keadilan masih menjadi titik fokus pada setiap kompetisi olahraga di Indonesia. Salah satunya di Proliga, di mana ada dua tim dari nomor putra yang sama-sama mengeluhkan kinerja korps baju hitam itu.
Keduanya adalah Jakarta Pertamina Energi dan Palembang Bank Sumsel Babel, yang harus menerima kenyataan pahit dengan tersingkir di perbuatan gelar juara Proliga.
Keluhan dua tim putra itu juga sama, yaitu saat melawan Surabaya Bhayangkara Samator yang dipimpin oleh Wasit Raditya Darwis.
"Wasit banyak melakukan kesalahan. Kondisi itu membuat pemain bisa emosi, sehingga permainan kami tidak berkembang," cetus Pelatih Jakarta Pertamina Energi, Putut Marhaento pasca dikalahkan Samator dengan tiga set langsung, 23-25, 22-25 dan 17-25.
Jadi lah, game penentuan menuju Grand Final perebutan juara Proliga itu bak kompetisi sepak bola Liga 1. Sejumlah pemain melancarkan protes kepada wasit, diiringi hujatan dari 4 ribuan penonton yang menyesaki tribun GOR Ken Arok di Kota Malang, dalam gelaran seri kedua Final Four.
"Kepemimpinan wasit kurang fair. Faktor itu yang berimbas pada psikis pemain, yang akhirnya membuat tim tidak bermain bagus," Pelatih Palembang Bank Sumsel Babel, Pascal Wilmar pasca kekalahan telak 21-25, 20-25 dan 23-25 dari Samator.
Hal yang tentu ironis, mengingat sosok Raditya Darwis sendiri adalah wasit Proliga dengan lisensi internasional.
Namun dari rekam jejaknya, wasit asal Jawa Barat itu memang pernah dikenai sanksi oleh PBVSI (Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia) atas kinerjanya yang kontroversial tahun 2010 lalu.
Terus Ikuti Update Voli dan Berita Olahraga Lainnya di INDOSPORT.COM