Ini Alasan Kota Jakarta Tak Ditunjuk Sebagai Tuan Rumah Proliga 2023

Minggu, 1 Januari 2023 14:23 WIB
Penulis: Ammara Marthiara | Editor: Isman Fadil
© Ammara Marthiara/INDOSPORT
Press Conference Pro Liga Bola Voli 2023, Jumat (30/12/22). (Foto: Ammara Marthiara/INDOSPORT) Copyright: © Ammara Marthiara/INDOSPORT
Press Conference Pro Liga Bola Voli 2023, Jumat (30/12/22). (Foto: Ammara Marthiara/INDOSPORT)

INDOSPORT.COM – Kompetisi bola voli Proliga 2023 lagi-lagi tak menunjuk kota Jakarta sebagai tuan rumah pertandingan.

Ya, turnamen voli terbesar di tanah air itu memang sudah 6 tahun tidak berlangsung di ibu kota.

Proliga 2023 sendiri akan bergulir mulai 5 Januari hingga 19 Maret 2023 dengan menyasar 8 kota besar di Indonesia sebagai tuan rumah.

Delapan kota yang akan menjadi tuan rumah pada musim kompetisi yang telah memasuki tahun ke-21 ini antara lain Bandung, Purwokerto, Palembang, Gresik, Malang, Semarang, Solo, dan akan berakhir di Yogyakarta.

Direktur Proliga, Hanny S. Surkatty, menjelaskan alasan mengapa kota Jakarta kembali tak dipilih menjadi tuan rumah Proliga 2023.

“Proliga ini sudah dibilang 5-6 taun di Jakarta. Kenapa? Karena pertama saya yakin peminatnya banyak. Pasti akan membludak, tapi kondisi tempatnya yang tidak memungkinkan,” pungkas Hanny pada konferensi pers Proliga 2023, Jumat (30/12/22), di The Hall Senayan City, Jakarta.

Lebih lanjut, Hanny juga menjelaskan bahwa soal harga GOR di Jakarta yang agak selangit menjadi salah satu faktor ajang Proliga 2023 tidak berlangsung di ibu kota.

“Setiap di daerah kayak Jogja Bandung dan lain-lain, itu yang namanya untuk olahraga GOR nya fasilitas dikasih harganya sangat bagus, memadai dan untuk tuan rumah jadi ada profit,” jelas Hanny.

“Tapi di Jakarta, harganya sangat mahal, kapasitas sedikit dan itu menyebabkan yang jadi penyelenggara akan rugi,” imbuhnya.

Kendati begitu, Hanny menyarankan agar menerapkan subsidi silang untuk setiap tempat olahraga di Jakarta.

“Di Jakarta tambah bagus GOR nya, tapi olahraganya tak diprioritaskan. Jadi segi komersialnya aja. Padahal kan bisa disubsidikan. Kalau dilaksanakan, pasti akan banyak yang hadir,” ucap Hanny.

“Kalau di Jakarta kalau bukan perusahaan besar yang membiayai. Jadi sebaiknya dibikin subsidi silang dengan komersil tinggi, sedangkan olahraganya kecil,” tutup Hanny.